Teori :
Makna
dari kata dasar jujur secara harfiah menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata
diartikan sebagai lurus hati, tidak curang. Dari sini terlihat artian
begitu singkat, secara teori pengertian umum jujur merupakan suatu sifat dari
individu yang miliki tindak tanduk baik itu ucapan maupun perbuatannya selalu
menempatkan sesuatu hal apa adanya, tidak ada yang ditambah atau dikurangi.
Kata dasar jujur sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan bagian dari jenis kata sifat, namun dalam keseharian sering juga diartikan sebagai suatu ucapan, tindakan atau perbuatan (kata kerja). Kata kerja dari jujur itu sendiri adalah kejujuran, dan kejujuran diteorikan oleh suatu kalangan merupakan prihal yang paling sulit dikerjaan di dunia ini. Secara teori mungkin beberapa orang mengkatagorikan kejujuran itu dengan membaginya menjadi dua (secara implisit) yaitu kejujuran putih dan kejujuran hitam.
Secara teori, katagori kejujuran di atas mungkin merupakan suatu pembelaan diri pada individu tersebut, dalam menghadapi situasi atau permasalahan tertentu. Secara teori lagi pengkatagorian ini (secara implisit) tidak hanya terbagi dua, mungkin lebih dari itu mungkin juga ditambah sub bagiannya lagi, sehingga terpecah menjadi lebih banyak. Dan mungkin hal tadi diwujudkan, sehingga terangkat istilah sulit dalam mengimplementasikan kejujuran dari setiap individu dalam prilakunya sehari-hari.
Secara teori setiap individu terlahir dengan berbekalkan kejujuran, meski demikian dengan adanya perjalanan masa memungkinkan digerusnya bekal kejujuran individu tersebut sedikit demi sedikit di kehidupannya sehari-hari. Sehingga makna sesungguhnnya tentang kejujuran terdorong jauh sekali sehingga tersamar di kehidupan setiap individu ini.
Kata dasar jujur sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan bagian dari jenis kata sifat, namun dalam keseharian sering juga diartikan sebagai suatu ucapan, tindakan atau perbuatan (kata kerja). Kata kerja dari jujur itu sendiri adalah kejujuran, dan kejujuran diteorikan oleh suatu kalangan merupakan prihal yang paling sulit dikerjaan di dunia ini. Secara teori mungkin beberapa orang mengkatagorikan kejujuran itu dengan membaginya menjadi dua (secara implisit) yaitu kejujuran putih dan kejujuran hitam.
Secara teori, katagori kejujuran di atas mungkin merupakan suatu pembelaan diri pada individu tersebut, dalam menghadapi situasi atau permasalahan tertentu. Secara teori lagi pengkatagorian ini (secara implisit) tidak hanya terbagi dua, mungkin lebih dari itu mungkin juga ditambah sub bagiannya lagi, sehingga terpecah menjadi lebih banyak. Dan mungkin hal tadi diwujudkan, sehingga terangkat istilah sulit dalam mengimplementasikan kejujuran dari setiap individu dalam prilakunya sehari-hari.
Secara teori setiap individu terlahir dengan berbekalkan kejujuran, meski demikian dengan adanya perjalanan masa memungkinkan digerusnya bekal kejujuran individu tersebut sedikit demi sedikit di kehidupannya sehari-hari. Sehingga makna sesungguhnnya tentang kejujuran terdorong jauh sekali sehingga tersamar di kehidupan setiap individu ini.
Artikel
:
Survei: Warga DKI Ingin Pemimpin Jujur
Rochmanuddin
19/04/2012 08:21
Liputan6.com, Jakarta: Hasil survei yang dirilis Pride Indonesia, Rabu (18/4),
menyebutkan mayoritas warga DKI Jakarta ingin pemimpin jujur. Sementara nilai
integritas lain seperti pandai, amanah, berkualitas, bijaksana, netral, tegas,
atau berwibawa justru menduduki peringkat di bawahnya.
"Dari hasil survei ini sifat jujur ternyata berada di angka tertinggi yakni 55,3 persen. Sifat ini yang paling diharapkan warga DKI untuk pemimpin DKI yang akan datang," ujar Ketua Tim Peneliti Pride Indonesia, Agus Herta Sumarto dalam jumpa pers di kantornya, Menara Kodel, Jakarta, Rabu (18/4).
Selain itu, lanjut Agus, sebanyak 25 persen warga Ibu Kota ingin sosok pemimpin yang berpihak pada rakyat. Enam persen bebas dari KKN dan taat beragama, tegas 3,8 persen, dan berwibawa 2,3 persen.
"Sifat lain yang diharapkan warga DKI terhadap pemimpin baru nanti di antaranya pandai, amanah, berkualitas, bijaksana, terjun ke lapangan, dan tidak punya kepentingan. Masing-masing tiga persen," jelasnya.
Untuk masalah yang paling mendesak dan harus segera dibenahi di DKI, menurut Agus, antara lain mengurangi jumlah pengangguran (18,5 persen), mengatasi banjir (17,8 persen), kemacetan (12,8 persen), biaya pendidikan dasar (12 persen), harga bahan pokok yang tinggi (10,8 persen), pengobatan (9,5 persen), pemberantasan korupsi di instansi pemerintah (6 persen) dan tingkat kejahatan (5,3 persen).
Selain itu, pencemaran lingkungan (3 persen), ketersediaan sarana transportasi (1 persen), perbaikan jalan (0,5 persen) dan ketersediaan air bersih (0,3 persen). "Untuk masalah lainya hanya 1,5 persen dan tidak tahu 1,3 persen," imbuhnya. (ALI/MEL)
"Dari hasil survei ini sifat jujur ternyata berada di angka tertinggi yakni 55,3 persen. Sifat ini yang paling diharapkan warga DKI untuk pemimpin DKI yang akan datang," ujar Ketua Tim Peneliti Pride Indonesia, Agus Herta Sumarto dalam jumpa pers di kantornya, Menara Kodel, Jakarta, Rabu (18/4).
Selain itu, lanjut Agus, sebanyak 25 persen warga Ibu Kota ingin sosok pemimpin yang berpihak pada rakyat. Enam persen bebas dari KKN dan taat beragama, tegas 3,8 persen, dan berwibawa 2,3 persen.
"Sifat lain yang diharapkan warga DKI terhadap pemimpin baru nanti di antaranya pandai, amanah, berkualitas, bijaksana, terjun ke lapangan, dan tidak punya kepentingan. Masing-masing tiga persen," jelasnya.
Untuk masalah yang paling mendesak dan harus segera dibenahi di DKI, menurut Agus, antara lain mengurangi jumlah pengangguran (18,5 persen), mengatasi banjir (17,8 persen), kemacetan (12,8 persen), biaya pendidikan dasar (12 persen), harga bahan pokok yang tinggi (10,8 persen), pengobatan (9,5 persen), pemberantasan korupsi di instansi pemerintah (6 persen) dan tingkat kejahatan (5,3 persen).
Selain itu, pencemaran lingkungan (3 persen), ketersediaan sarana transportasi (1 persen), perbaikan jalan (0,5 persen) dan ketersediaan air bersih (0,3 persen). "Untuk masalah lainya hanya 1,5 persen dan tidak tahu 1,3 persen," imbuhnya. (ALI/MEL)
Pendapat :
Kejujuran
merupakan hal yang harus melekat pada diri seseorang, dengan kejujuran
seseorang bisa dapat diandalkan dalam melakukan segala pekerjaan. Zaman
sekarang sulit untuk menemukan orang yang jujurdan sangat mudah menemukan orang
pendusta/pengkhianat, baik untuk rakyatnya, perusahaan, agama, bahkan dirinya
sendiri.
Contoh yang
mendustakan rakyatnya adalah para koruptor, mereka tega membohongi dan
mengambil hak-hak rakyat demi kepentingan pribadi. Mengapa hal ini dapat
terjadi? Karena di dalam diri para koruptor tersebut sudah tidak adanya
kejujuran, kejujuran mereka sudah tertutup dengan rasa keangkuhan dan ketamakan
akan hak orang lain.
Seperti
pada artikel yang saya kutip di liputan6.com warga Jakarta sudah muak akan
janji-janji palsu yang diucapkan para pemimpin mereka, ia menginginkan
bukti-bukti agar kota Jakarta yang semakin hari semakin rumit bisa
tertanggulangi.
Seperti orang bilang “jujurlah walau itu
menyakitkan”, jadi kita harus jujur apapun konsekuensi yang akan kita hadapi,
walaupun pada awalnya terasa pahit tapi pada akhirnya kejujuran itulah yang
akan membawa kita pada kebahagiaan yang kekal dan abadi. Sebalikna Kebohongan yang
menjadi kebiasaan membawa kesengsaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar